Jateng Gayeng, Desa Kuat: Transformasi Program Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dari Akar Rumput
Jawa Tengah, dengan keanekaragaman budaya dan geografisnya, selalu menjadi laboratorium ideal untuk implementasi kebijakan publik. Di balik hiruk pikuk kota, denyut nadi pembangunan sesungguhnya bersemayam di desa-desa. Provinsi Jawa Tengah telah lama menyadari potensi krusial ini, menjadikan desa sebagai garda terdepan dan akar rumput pelaksana berbagai program pemerintah. Pendekatan ini bukan sekadar retorika, melainkan strategi jitu untuk memastikan program memiliki dampak nyata dan berkelanjutan.
Desa Sebagai Jantung Pembangunan: Mengapa Akar Rumput Begitu Krusial?
Konsep "akar rumput" mengacu pada masyarakat tingkat paling dasar, yaitu warga desa. Melibatkan mereka dalam perencanaan dan pelaksanaan program adalah kunci keberhasilan, karena:
- Pemahaman Kebutuhan Lokal: Warga desa adalah pihak yang paling tahu persis apa masalah dan kebutuhan mereka, bukan dari meja kantor di ibu kota provinsi.
- Efisiensi dan Efektivitas: Dengan partisipasi lokal, program dapat dirancang lebih relevan, meminimalkan pemborosan, dan disesuaikan dengan konteks budaya serta sumber daya setempat.
- Rasa Kepemilikan (Sense of Ownership): Ketika masyarakat terlibat dari awal, mereka akan merasa memiliki program tersebut, sehingga lebih termotivasi untuk menjaga, merawat, dan melanjutkannya.
- Mobilisasi Sumber Daya Lokal: Desa memiliki sumber daya manusia, material, dan bahkan finansial yang bisa dimobilisasi untuk mendukung program.
- Pemberdayaan dan Peningkatan Kapasitas: Keterlibatan aktif melatih warga desa dalam manajemen, organisasi, dan pemecahan masalah, meningkatkan kapasitas kolektif mereka.
Sinergi Nyata: Implementasi Program di Berbagai Sektor
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengintegrasikan desa sebagai subjek dan objek pembangunan dalam berbagai sektor:
1. Ekonomi Kerakyatan dan UMKM
Program pemberdayaan UMKM seringkali dimulai dari desa. Melalui pelatihan, pendampingan, akses permodalan (misalnya KUR atau program pinjaman murah lainnya), serta fasilitasi pemasaran, produk-produk unggulan desa (Prukades) didorong untuk naik kelas. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjadi lokomotif penggerak ekonomi, mengelola potensi desa mulai dari pariwisata, pertanian, hingga produksi kerajinan.
2. Kesehatan dan Pendidikan
Di sektor kesehatan, program seperti posyandu, posbindu, hingga upaya pencegahan stunting sangat bergantung pada kader-kader kesehatan desa. Demikian pula di pendidikan, gerakan literasi dan peningkatan kualitas PAUD seringkali dimulai dari inisiatif warga desa dengan dukungan Pemprov.
3. Pembangunan Infrastruktur Berbasis Partisipasi
Pembangunan jalan desa, jembatan kecil, irigasi, atau sarana air bersih tidak hanya dikerjakan oleh kontraktor. Banyak program yang melibatkan swadaya masyarakat desa, di mana Pemprov memberikan stimulan dana atau material, sementara warga menyediakan tenaga dan gotong royong. Ini menciptakan infrastruktur yang sesuai kebutuhan dan memupuk kebersamaan.
4. Tata Kelola Lingkungan dan Pertanian
Program pengelolaan sampah, konservasi lingkungan, hingga pengembangan pertanian organik seringkali diinisiasi dan dijalankan oleh kelompok tani atau komunitas desa. Pelatihan teknik pertanian yang berkelanjutan dan adaptasi terhadap perubahan iklim langsung menyentuh para petani di desa.
Tantangan dan Solusi: Memperkuat Kapasitas Akar Rumput
Tentu, melibatkan akar rumput bukan tanpa tantangan. Kapasitas SDM di desa yang bervariasi, keterbatasan akses informasi, hingga birokrasi yang terkadang rumit, menjadi pekerjaan rumah. Namun, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berupaya mengatasinya melalui:
- Pelatihan dan Pendampingan Berkelanjutan: Peningkatan kapasitas perangkat desa, pengurus BUMDes, hingga kelompok masyarakat dilakukan secara intensif.
- Digitalisasi Layanan: Mendorong penggunaan teknologi informasi untuk transparansi, pelaporan, dan akses informasi program yang lebih mudah bagi desa.
- Sinergi Antar-Lini: Memperkuat koordinasi antara OPD Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa agar program berjalan selaras.
- Anggaran yang Pro-Desa: Mengalokasikan anggaran yang memadai serta memberikan kewenangan kepada desa untuk mengelola dan memprioritaskan sebagian pembangunan.
Filosofi "Jateng Gayeng," yang berarti Jawa Tengah Bersama-sama, Bergerak Maju, dan Senang (Happy), sangat tercermin dalam pendekatan ini. Kebahagiaan dan kemajuan tidak akan tercapai tanpa partisipasi aktif seluruh elemen, terutama dari desa sebagai pondasi utama.
 
Masa Depan Berkelanjutan: Komitmen untuk Desa yang Mandiri
Melibatkan desa sebagai akar rumput pelaksana program pemerintah Provinsi Jawa Tengah adalah investasi jangka panjang untuk pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Ini bukan hanya tentang mendistribusikan bantuan atau proyek, melainkan tentang membangun kemandirian, meningkatkan partisipasi, dan memberdayakan komunitas agar mampu merancang masa depan mereka sendiri.
Dengan terus memperkuat peran desa, Jawa Tengah tidak hanya akan mencapai target-target pembangunan, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih tangguh, inovatif, dan berdaya saing. Masa depan Jawa Tengah yang "gayeng" akan terwujud dari desa-desa yang kuat dan mandiri.
 
Desa Candimulyo memanfaatkan berbagai platform media, diantaranya Website, media sosial Facebook, Instagram, Youtube dan Tiktok untuk menyampaikan fragmen program kegiatan sebagai sarana edukasi, sosialisasi advokasi dan intervensi program. Dengan menggunakan media analog dan digital, Desa Candimulyo berharap dapat menjangkau lebih luas, membangun sinergitas, aksesibilitas publik dan memaksimalkan program.