Program Quick Wins yang terdiri atas lima sasaran utama – Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting (Genting), Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), Lansia Berdaya (Sidaya), dan Konsultasi Keluarga Berbasis AI – merupakan bagian integral dari Peta Jalan Pembangunan Kependudukan (PJPK) 2025–2029, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat hingga ke pelosok desa. Pelaksanaannya di tingkat desa memegang peranan krusial karena desa adalah garda terdepan dalam menyentuh langsung kehidupan masyarakat.
Di desa, implementasi program ini akan sangat bergantung pada kolaborasi aktif antara Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), PKK, Posyandu, Karang Taruna, tokoh masyarakat, tokoh agama, serta partisipasi aktif seluruh warga desa.
Prinsip Pelaksanaan Umum di Desa:
Pendataan dan Pemetaan: Mengawali dengan identifikasi data dasar (jumlah anak stunting, balita, lansia, keluarga, dll.) yang akurat di desa.
Musyawarah Desa: Membahas rencana pelaksanaan program dalam musyawarah desa untuk mendapatkan dukungan dan komitmen bersama.
Pemberdayaan Kader: Mengoptimalkan peran kader Posyandu, Kader Pembangunan Manusia (KPM), kader PKK, dan relawan desa lainnya sebagai ujung tombak pelaksanaan.
Gotong Royong dan Kearifan Lokal: Mengedepankan semangat kebersamaan dan memanfaatkan potensi serta sumber daya lokal yang ada di desa.
Pendampingan dan Monitoring: Melakukan pendampingan berkelanjutan dan monitoring rutin untuk memastikan program berjalan efektif dan tepat sasaran.
Pelaksanaan Spesifik Tiap Sasaran di Desa:
1. Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting (Genting)
Identifikasi Sasaran: Pemerintah desa bersama Posyandu dan Puskesmas mengidentifikasi data anak balita yang mengalami stunting atau berisiko tinggi stunting di desa.
Sosialisasi dan Mobilisasi: Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pencegahan stunting dan mengajak individu/keluarga mampu, perangkat desa, tokoh masyarakat, atau bahkan perantau asal desa untuk menjadi "Orangtua Asuh".
Mekanisme Bantuan: Orangtua asuh memberikan bantuan nutrisi (misalnya, telur, susu, ikan, sayuran, makanan tambahan bergizi) secara rutin, atau bantuan uang tunai yang dikelola dan dilaporkan secara transparan oleh tim di desa (misal PKK atau KPM).
Edukasi dan Pendampingan: Kader Posyandu dan KPM secara rutin melakukan kunjungan rumah untuk memberikan edukasi gizi kepada keluarga penerima manfaat dan memantau perkembangan anak.
Pos Gizi Desa: Membentuk atau mengaktifkan "Pos Gizi" di Posyandu untuk kegiatan pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis pangan lokal dan edukasi gizi secara kolektif.
2. Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya)
Pemanfaatan Ruang: Mengoptimalkan atau menciptakan ruang ramah anak di balai desa, Posyandu, PAUD, atau fasilitas umum lainnya yang aman dan nyaman sebagai tempat berkumpul dan beraktivitas anak.
Aktivitas Edukatif: Menyelenggarakan kegiatan bermain sambil belajar yang dipandu oleh kader atau relawan terlatih, fokus pada stimulasi tumbuh kembang anak, kreativitas, dan sosialisasi.
Keterlibatan Ibu: Mengajak para ibu, terutama ibu muda, untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan Tamasya, sekaligus sebagai wadah berbagi pengalaman parenting.
Penyediaan Sarana: Secara swadaya atau dengan dukungan dana desa, menyediakan mainan edukatif sederhana, buku cerita anak, dan alat peraga lainnya.
Integrasi dengan Posyandu: Tamasya dapat diintegrasikan dengan jadwal Posyandu untuk memudahkan pemantauan kesehatan dan gizi anak secara berkala.
3. Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI)
Edukasi Peran Ayah: Menyelenggarakan pertemuan rutin (misal sebulan sekali) bagi para ayah di balai desa, masjid, atau tempat berkumpul lainnya, dengan materi tentang pentingnya peran ayah dalam pengasuhan, kesehatan keluarga, dan kesetaraan gender.
Workshop Keterampilan: Mengadakan workshop praktis seperti memasak makanan bergizi sederhana, mendongeng untuk anak, atau mendampingi belajar yang dapat diikuti oleh para ayah.
Teladan dan Sosialisasi: Mengidentifikasi dan mempromosikan "Ayah Teladan" di desa yang dapat menjadi contoh bagi ayah lainnya dalam praktik pengasuhan positif.
Aktivitas Bersama Anak: Mendorong dan memfasilitasi kegiatan yang melibatkan ayah dan anak (misal, olahraga bersama, berkebun, atau permainan tradisional).
Peran Tokoh Adat/Agama: Melibatkan tokoh adat dan tokoh agama dalam menyebarkan nilai-nilai GATI sesuai dengan kearifan lokal.
4. Lansia Berdaya (Sidaya)
Posyandu Lansia Aktif: Mengaktifkan atau mengoptimalkan Posyandu Lansia dengan pemeriksaan kesehatan rutin, senam lansia, dan penyuluhan kesehatan.
Kelompok Kegiatan Lansia: Membentuk kelompok-kelompok lansia (misal, kelompok pengajian, kelompok kerajinan tangan, kelompok bercocok tanam) untuk menjaga produktivitas dan interaksi sosial mereka.
Pemanfaatan Pengalaman: Mendorong lansia untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan (misalnya, melalui kegiatan mendongeng untuk anak-anak, mengajar keterampilan tradisional) kepada generasi muda.
Bantuan Sosial dan Akses Layanan: Memastikan lansia mendapatkan akses terhadap bantuan sosial yang tersedia dan memfasilitasi mereka untuk mengakses layanan kesehatan atau administratif jika diperlukan.
Lingkungan Ramah Lansia: Mendorong terciptanya lingkungan desa yang ramah lansia, seperti jalur pedestrian yang aman atau fasilitas umum yang mudah diakses.
5. Konsultasi Keluarga Berbasis AI
Pusat Akses Desa: Mengidentifikasi satu titik di desa (misal, kantor desa, Posyandu, atau rumah kader yang terhubung internet) sebagai pusat akses untuk konsultasi berbasis AI.
Pendampingan Petugas: Petugas desa atau kader yang terlatih (misal, KPM atau kader digital) akan mendampingi warga yang ingin mengakses platform konsultasi AI, terutama bagi yang belum familiar dengan teknologi.
Sosialisasi Platform: Melakukan sosialisasi tentang keberadaan dan manfaat platform konsultasi AI, serta bagaimana cara mengaksesnya (misal, melalui website atau aplikasi khusus).
Penyediaan Perangkat: Jika memungkinkan, menyediakan perangkat (komputer tablet atau smartphone) yang terhubung internet di titik akses tersebut agar warga dapat menggunakannya.
Kolaborasi dengan Puskesmas/BKKBN: Membangun kolaborasi dengan Puskesmas atau penyuluh BKKBN untuk menindaklanjuti hasil konsultasi AI yang memerlukan penanganan lebih lanjut dari tenaga profesional.
Tantangan dan Solusi di Desa:
Tantangan: Keterbatasan infrastruktur (internet, listrik), kurangnya literasi digital, keterbatasan sumber daya manusia terlatih, serta minimnya anggaran desa untuk program kependudukan.
Solusi: Melakukan pelatihan kepada kader dan perangkat desa, memanfaatkan jaringan internet yang ada di kantor desa, membangun kemitraan dengan pihak swasta atau CSR, serta mengalokasikan Dana Desa untuk program-program ini sesuai prioritas kebutuhan masyarakat.
Dengan pendekatan yang komprehensif, partisipatif, dan adaptif terhadap kearifan lokal, program Quick Wins ini berpotensi besar untuk memberikan dampak positif yang nyata dalam peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat di desa.
PLATFORM
Desa Candimulyo memanfaatkan berbagai platform media, diantaranya Website, media sosial Facebook, Instagram, Youtube dan Tiktok untuk menyampaikan fragmen program kegiatan sebagai sarana edukasi, sosialisasi advokasi dan intervensi program. Dengan menggunakan media analog dan digital, Desa Candimulyo berharap dapat menjangkau lebih luas, membangun sinergitas, aksesibilitas publik dan memaksimalkan program.