Di desa Candimulyo, seorang pria bernama Slamet Wiyadi. Mungkin awalnya terdengar biasa saja, tapi percayalah, kisah hidupnya jauh dari kata membosankan. Ini adalah cerita tentang bagaimana doa, kerja keras, dan keberanian bisa mengubah hidup seseorang, bahkan menginspirasi seluruh desa.

Dulu, jangan bayangkan Slamet ini lahir langsung jadi "Si Bos." Masa kecilnya dihabiskan dengan membantu orang tua di ladang, cari rumput untuk hewan ternak. Sekolah pun tak sampai selesai, hanya sampai kelas 3 SD. Ia pernah jadi tukang kebun di Semarang, jadi buruh tani, sampai kuli galian C yang kerasnya minta ampun. Tapi, di balik semua itu, ada mimpi besar yang terus membara dalam dirinya.

Titik baliknya terjadi saat ia dipecat dari pekerjaan sebagai buruh galian C. Daripada meratapi nasib, jiwa dagangnya ditumbuhkan oleh kakaknya. Ia mencoba jualan mie lidi, mainan gambar anak, bahkan balon udara! Sayangnya, semua itu belum mendatangkan hasil yang memuaskan. Hingga suatu hari, di tahun 2000-an, memulai dengan jualan kue leker yang bertahap membuahkan hasil, dan ide brilian muncul selanjutnya: "Kenapa nggak jualan baso ayam aja?"

Dengan modal seadanya dan semangat membara, Pak Slamet memulai usahanya dari nol. Setiap hari, dengan sepeda motor buntut dan gerobaknya ia menyusuri jalanan desa, menawarkan baso ayamnya dari rumah ke rumah dan berkeliling di area pasar Kertek. Panasnya matahari dan derasnya hujan tak pernah membuatnya menyerah. Ia terus berjuang, mempromosikan dagangannya dari mulut ke mulut, dan yang paling penting, menjaga kualitas baso ayam dan harga murah

Usaha memang tak pernah mengkhianati hasil. Baso ayam Pak Slamet semakin dikenal dan digemari warga. Pelanggannya pun semakin banyak. Dari pikulan, ia berhasil membeli gerobak sepeda motor. Lalu, setelah usahanya mulai menanjak, ia merekrut beberapa karyawan untuk membantunya melayani pelanggan yang semakin membludak di perempatan pasar Kertek.

Bayangkan sekarang, siapa sangka, pria yang dulu hanya berjualan baso keliling itu kini telah menjelma menjadi seorang pengusaha sukses di desa Candimulyo. Ia memiliki pabrik home industri baso ayam yang bersih dan modern, dengan luas lahan mencapai 1200 meter persegi! Puluhan warga dusun bekerja di sana, membantu perekonomian desa. Ia juga membuka beberapa kios di pasar Kertek dan area kampus Kalibeber UNSIQ, yang dikelola oleh para karyawannya.

Warga desa Candimulyo pun menjulukinya "Si Bos." Sebuah panggilan yang bukan hanya sekadar sebutan, tapi juga ungkapan kebanggaan dan rasa hormat. Keberhasilan Pak Slamet menjadi inspirasi bagi banyak orang, bukan hanya di desa Candimulyo, tapi juga dari luar desa. Ia adalah bukti nyata bahwa dengan doa, kerja keras, ketekunan, dan sedikit inovasi, mimpi bisa menjadi kenyataan.

Kepala Desa Candimulyo, Bapak Parman, pun tak ketinggalan memberikan pujian. Beliau mengatakan bahwa kisah sukses Pak Slamet sangat inspiratif dan memotivasi warga desa untuk terus berusaha dan mengembangkan potensi diri.

Tapi, Pak Slamet bukan hanya seorang pengusaha sukses. Ia juga seorang yang dermawan. Ia seringkali menyisihkan sebagian keuntungannya untuk membantu sesama, mulai dari anak yatim, janda dan duda lansia, warga kurang mampu, hingga pembangunan mushola dan masjid. Baginya, berbagi adalah kunci keberkahan. "Rezeki itu nggak akan berkurang kalau kita berbagi," ujarnya dengan senyum tulus.

Kisah Slamet Wiyadi adalah kisah tentang perjuangan, ketekunan, dan keberanian untuk bermimpi. Ia adalah bukti nyata bahwa kesuksesan bisa diraih siapa saja, tanpa memandang latar belakang. Dari seorang penjual baso keliling, kini ia menjadi "Si Bos," seorang miliarder desa yang menginspirasi banyak orang. Kisahnya akan terus dikenang dan diceritakan dari generasi ke generasi di desa Candimulyo. Sebuah legenda hidup yang membuktikan bahwa mimpi bisa menjadi kenyataan, asalkan kita berani untuk memperjuangkannya.

PLATFORM 

Desa Candimulyo memanfaatkan berbagai platform media, diantaranya Website, media sosial Facebook, Instagram, Youtube dan Tiktok untuk menyampaikan fragmen program kegiatan sebagai sarana edukasi, sosialisasi advokasi dan intervensi program. Dengan menggunakan media analog dan digital, Desa Candimulyo berharap dapat menjangkau lebih luas, membangun sinergitas, aksesibilitas publik dan memaksimalkan program.